Cobek, alat yang tak terpisahkan dari pengalaman memasak tradisional Indonesia, memiliki sejumlah sebutan yang bervariasi di berbagai daerah. Meskipun bentuk dan fungsinya serupa, namanya sering kali berubah mengikuti kaya akan bahasa dan budaya setiap daerah.
Cowet = Coet (Bahasa Sunda): Di Jawa Barat, khususnya di kalangan masyarakat Sunda, Cobek lebih akrab dengan sebutan Cowet atau Coet. Cowet, menurut Wikipedia bahasa Sunda, adalah alat dapur yang digunakan sebagai wadah untuk menggerus bumbu atau sambal. Bahan pembuatannya bisa berasal dari tanah liat, batu, atau kayu. Dalam bahasa Sunda, Cowet berpasangan dengan Mutu.
Layah = Leyeh (Jawa Tengah dan Jawa Timur): Beberapa daerah di Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur, menggunakan sebutan Layah untuk Cobek. Meskipun secara umum Cowet lebih dikenal, di daerah seperti Kebumen atau Cilacap, seringkali mereka menyebutnya dengan Leyeh.
Cobek = Cowek = Coek = Ciri (Jawa Tengah dan DIY): Masyarakat Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya yang masih dipengaruhi oleh Keraton Mataram Islam, lebih akrab dengan sebutan Cowek atau Coek untuk Cobek. Terdapat juga istilah Ciri, meskipun penggunaannya tidak seumum dulu. Ciri sendiri kadang-kadang merujuk pada wadah kecil untuk alas gelas atau cangkir.
Dalam Bahasa Jawa Tengah, Cowek berpasangan dengan Munthu.
Lemper (Jawa Timur): Di Jawa Timur, khususnya daerah Nganjuk, Kediri, Tulungagung, dan sekitarnya, Cobek dikenal dengan sebutan Lemper. Pasangannya, dalam hal ini, lebih sering disebut dengan Ulek-ulek atau Uleg-uleg.
Mortar (Internasional): Bagi masyarakat internasional yang menggunakan bahasa Inggris, pasangan Cobek dan Munthu sering disebut sebagai Mortar and Pestle.
Dalam keberagaman sebutan Cobek, tergambar keteladanan Indonesia yang kaya akan bahasa dan budaya. Meski namanya berbeda, fungsi dan keberartiannya tetap menyatu dalam seni memasak tradisional Indonesia. Cobek, dalam berbagai nama dan bentuknya, tetap menjadi saksi bisu keberagaman bahasa dan kekayaan budaya di nusantara.
