Sewan, nama yang berasal dari kata ‘sewo jaran’ atau ‘sewa kuda’, dulunya memang menjadi tempat persewaan kuda untuk perjalanan. Bayangkan saja, dulu penduduk sekitar memanfaatkan jasa penyewaan kuda ini untuk beraktivitas sehari-hari.

Di tengah perkampungan yang tenang ini, terdapat makam Ki Pahing, sosok yang dipercaya sebagai pendiri dusun Sewan. Kisah tentang beliau menjadi bagian dari sejarah panjang tempat ini.

Secara administratif, Sewan saat ini tergabung dalam RT 04 RW 16 Dusun Banaran. Meski begitu, nama Sewan tetap melekat di hati masyarakat sebagai identitas wilayah yang khas. Letaknya yang paling utara di Desa Sedayu, dengan batas-batas alam yang jelas, membuat Sewan memiliki karakteristik tersendiri.

Dulu, penduduk Sewan hidup sederhana dengan jumlah keluarga yang tidak banyak. Namun, mereka sudah memiliki pekuburan sendiri, sebuah keunikan yang jarang ditemukan di desa-desa lain. Konon, ada beberapa rumah di sini yang pernah menjadi korban pembakaran saat masa penjajahan Belanda.

Saat ini, sebagian besar penduduk Sewan bekerja sebagai pemahat batu, mewarisi keahlian turun-temurun. Keberadaan Gunung Merapi yang berada tak jauh dari Sewan menjadi sumber utama bahan baku batu bagi para pengrajin. Batu-batu vulkanik dari Merapi memiliki tekstur dan warna yang unik, sehingga menghasilkan produk-produk kerajinan yang memiliki ciri khas tersendiri. Dahulu, kerajinan mereka lebih terfokus pada pembuatan nisan batu dan cobek atau ulekan. Namun, seiring berjalannya waktu, keterampilan mereka terus terasah dan berkembang. Kini, produk-produk mereka, seperti lampion batu, cobek dan ulekan, stupa, serta berbagai karya seni pahat batu lainnya, telah terkenal hingga ke berbagai daerah. Keberadaan pengrajin batu ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat budaya dan kearifan lokal Sewan.

Warisan budaya memahat batu di Sewan telah terjaga selama bergenerasi. Dahulu, kebutuhan akan nisan batu dan peralatan dapur seperti cobek dan ulekan mendorong masyarakat setempat untuk mengasah keterampilan mereka dalam mengolah batu. Seiring berjalannya waktu, permintaan pasar yang beragam memicu inovasi dalam desain dan jenis produk. Kini, lampion batu yang indah dan unik menjadi salah satu produk unggulan Sewan, memperkaya khazanah kerajinan batu Indonesia.

Salah satu bukti nyata keberadaan persewaan kuda di masa lalu adalah penemuan jaran teji atau sepatu kuda di bekas mushola. Temuan ini semakin memperkuat cerita lisan yang turun-temurun dari generasi ke generasi.

Tinggalkan Balasan

X