Batu lava dari Gunung Merapi sejak dulu telah menjadi bahan utama dalam pembuatan cobek, ulekan, lesung, hingga ornamen bangunan seperti candi. Namun, tahukah Anda bagaimana cara batu keras ini dibelah hanya dengan peralatan tradisional sederhana?







Foto di atas memperlihatkan salah satu teknik tradisional yang masih dipertahankan hingga sekarang oleh para pemahat batu di lereng Merapi.
Proses Membelah Batu dengan Alat Tradisional
- Menentukan Alur Belah
Pertama, pemahat menentukan bagian batu yang akan dibelah. Pengetahuan tentang arah serat dan kondisi batu sangat penting, karena salah membaca alur bisa membuat hasil belah tidak sesuai harapan. - Membuat Lubang Kecil
Dengan menggunakan tatah dan cuplik, pemahat membuat beberapa lubang kecil di sepanjang garis belah yang diinginkan. Lubang ini berfungsi sebagai jalur masuk untuk alat belah. - Memasang Alat Belah
Setelah lubang siap, alat belah berupa potongan besi panjang ditancapkan pada titik-titik tersebut. Dalam foto terlihat ada empat alat belah yang dipasang sejajar. - Memukul dengan Palu
Alat belah kemudian dipukul menggunakan palu besi secara bergantian. Pukulan dilakukan berulang-ulang hingga retakan muncul dan batu perlahan terpisah menjadi dua bagian. - Hasil Belahan
Jika teknik dan arah belah tepat, batu akan pecah rapi sesuai alur. Namun, jika salah membaca struktur batu—misalnya terdapat batu yang “malun” (alur patahan alami)—maka belahan bisa meleset atau tidak sempurna.
Keahlian Turun-Temurun
Sekilas proses ini terlihat mudah, tetapi kenyataannya dibutuhkan pengalaman bertahun-tahun untuk menjadi ahli dalam membelah batu. Selain kekuatan fisik, keterampilan membaca karakter batu juga menjadi kunci keberhasilan.
Metode tradisional ini adalah bukti nyata bagaimana kearifan lokal tetap bertahan di tengah berkembangnya teknologi modern. Dengan alat sederhana berupa palu, tatah, cuplik, dan belah, para pemahat tetap mampu mengolah batu Merapi menjadi bahan siap pakai untuk kebutuhan dapur, bangunan, maupun karya seni.