Banyak yang kagum dan terpana ketika kita menyaksikan candi-candi yang berada di sekitar Gunung Merapi. Candi Borobudur yang begitu megah dan kokohnya salah satu yang tidak akan terlupakan. Demikian pula Candi Prambanan atau Candi Plaosan. Kadang kala keterkaguman kita berujung pada pertanyaan, bagaimana nenek-moyang kita bisa membuat mahakarya seindah itu. Peralatan macam apa yang mereka punyai sehingga bisa membangun banyak candi yang megah.

Nah disini MunTHu.Com akan berusaha merekontruksi salah satu jawaban dari berbagai pertanyaan yang muncul. Pertanyaan itu adalah: Bagaimana Cara Orang Mataram Kuno / Kerajaan Medang (Borobudur dan Prambanan dibangun pada era ini) membelah batu Gunung Merapi dengan peralatan yang sangat sederhana / tradisional?
Peralatan yang sangat sederhana yang saya maksud disini adalah alat-alat pahat sederhana: palu, belah, cuplik, dan tatah. Ya, hanya dengan keempat alat sederhana itu, seseorang bisa membelah batu Gunung Merapi menjadi 2 bagian atau lebih.
Dalam proses membelah batu ini, seperti terlihat dalam gambar, alat belah digunakan sebanyak 4 biji. Sebelum bisa ditancapkan ke batu, terlebih dahulu dibuat semacam lobang untuk alat belah ini. Pembuatan lobang kecil buat alat belah biasa menggunakan cuplik dan tatah.
Setelah dibuat lobang sesuai dengan alur belah yang diinginkan, belah tinggal dipasang dan dipukul biar menancap, sampai semua terpasang. Belah dipukul bergantian sampai akhirnya batu tersebut terbelah menjadi dua. Sekilas memang terlihat mudah, tapi perlu belajar bertahun-tahun untuk bisa menjadi ahli membelah batu. Terutama juga mengetahui jenis batu yang bisa dibelah dan alur batunya. Jika terdapat batu yang “malun” (semacam alur patahan natural asli batu), maka pembelahan bisa tidak sesuai harapan.